Serunya Belajar Agama Orang Lain
Agama bagi sebagian besar masyarakat merupakan sesuatu yang sangat penting dan sakral. Jika sesuatu berhubungan dengan agama selalu sensitif.
Secara umum, agama memang diciptakan sebagai pedoman bagi para umatnya. Ajaran setiap agama sejatinya adalah ajaran kebaikan. Tidak ada agama yang bertujuan untuk kejelekan, kejahatan, kemunafikan, dll.
Namun, sejarah hubungan agama-agama menunjukkan hubungan yang sangat tidak baik. Misalnya sejarah antara Islam dan Kristen. Meskipun dua agama ini merupakan lahir dari daerah yang serumpun namun kenyataannya banyak sejarah peperangan dan ketegangan-ketegangan. Perang Salib salah satunya. Bahkan secara detil kita bisa menemukan ayat-ayat suci yang menunjukkan gambaran tidak harmonis itu.
Oleh sebab itu, pengaruh faktor sejarah ini menumbuhkan kecurigaan antara umat satu dengan umat lain. Dan hingga saat ini masih terjadi.
Jika kita mau berfikir terbuka dan objektif. Banyak sekali prasangka negatif yang kita dapat terhadap kepercayaan atau agama orang lain. Itu dipengaruhi oleh pendidikan dan lingkungan kita yang tidak pernah mengajarkan keobjektivan memandang agama lain.
Belajar agama orang lain
Sejak kecil pendidikan formal kita, mulai SD, SMP, SMPA, selalu mengajarkan pelajaran agama secara terpisah-pisah. Yang Islam akan diajar oleh guru Muslim dan teman-teman sekelas juga muslim semua. Begitu juga dengan agama lain. Bahkan kondisi pemisahan kelas agama ini juga terjadi di beberapa kampus.
Hal yang berbeda dilakukan oleh sebuah kampus di bilangan Tangerang Selatan, Banten. Kampus ini menggunakan metode pengajaran perkuliahan agama dengan sangat berbeda. Semua mahasiswa dari berbagai latarbelakang agama dikumpulkan menjadi satu kelas bersama. Mereka belajar semua agama dalam satu kelas secara bergantian.
Bahkan, untuk menghindari kesalahpahaman. Pihak dosen pengampu mendatangkan tokoh agama dari berbagai agama secara langsung untuk mengisi perkuliahan. Mereka mengundang tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, Sikh, Bahai, dan Kepercayaan Kapribaden.
Tanggapan mahasiswa luar biasa. Sangat antusias. Bahkan mereka sangat tertarik dengan pembahasan agama-agama yang belum pernah mereka dengan sebelumnya, seperti Sikh, Bahai, dan Kapribaden. Mereka juga mengajukan kepada tokoh agama yang diundang tersebut untuk berkunjung dan melihat kegiatan ibadah mereka.
Pada akhir sesi, mahasiswa menyatakan bersemangat mengikuti kegiatan belajar seperti ini. Mereka menjadi tahu adanya keberadaan agama-agama diluar mereka secara langsung. Selain itu mereka juga meyakini toleransi dengan sendirinya akan terjalin ketika mereka sudah mengenal agama-agama lain diluar mereka.
Maka benar apa kata pepatah, TAK KENAL MAKA TAK SAYANG
bersambung..
Post a Comment